KUMPUL SERU LEWAT SOCIAL CLUB

Punya kesamaan
Seperti halnya semut yang berbondong-bondong menuju sesuatu yang mengandung gula, menurut Irawati Pattinasarany, MA, dosen Ilmu Sosiologi, FISIP UI, manusia pun mengadakan ataupun menghadiri suatu perkumpulan karena ada sesuatu yang menarik di situ. Misalnya kesamaan hobi, minat, latar belakang pendidikan, hingga ikatan darah.

Kesamaan orang mengikuti klub sosial juga bisa dilihat dari kepemilikan barang. Seperti Bunga Stamania, 25, yang tertarik bergabung ke Jazz Fit Club, yaitu perkumpulan yang mempertemukan sesama pemakai city car ini.

“Sebenarnya saya bisa aja, kan, menolak gabung. Tapi karena banyak anggota cewek, saya mau ikutan,” kata Bunga.

Antusiasme bergabung ke dalam suatu perkumpulan yang para anggotanya belum dikenal kadang juga didasari rasa penasaran. Menurut Bunga, ketertarikannya juga dipicu keinginan untuk bertemu muka dengan para cewek pengemudi mobil pribadi seperti dirinya. Apalagi jenis city car yang dipakai Bunga tergolong baru pada saat itu—sekitar 5 tahun lalu—jadi dia berharap bisa saling bertukar informasi dengan anggota lainnya.
Ajang berbisnis
Selain demi bernostalgia dan menambah teman, ternyata klub sosial punya manfaat lain yaitu ajang berbisnis. Nggak bisa dipungkiri, usaha mempromosikan barang dagangan di acara kumpul-kumpul memang efektif sebagai bentuk direct selling. Apalagi jika orang-orang yang kita temui adalah orang-orang yang memang bisa dipercaya.
“Berpromosi merupakan salah satu ajang pemasaran yang efektif. Selain tidak dipungut biaya atau pajak, kita juga sudah tahu latar belakang konsumen yang disasar, jadi usaha kita nggak sia-sia,” kata Irawati.

Akhirnya fungsi acara kumpul-kumpul pun meluas. Kalau dulu ngumpul lebih bersifat kekeluargaan, sekarang mulai terselip kepentingan-kepentingan tertentu, deh. Nggak hanya barang saja yang bisa dipromosikan, keahlian tertentu juga boleh ikut dipamerkan.