66 Juta Jiwa akan Meninggal Dunia pada tahun 2010!! Informasi ini bukanlah hoax. Info ini bukanlah seperti isu kiamat 2012, isu gempa bumi 8.9 SR, isu peperangan, isu hujan meteor, tsunami atau sejenisnya. Namun, angka 66 juta ini diperoleh melalui perhitungan statistik demografi.
Dari sekian banyak kejadian dalam kehidupan, mungkin kematian adalah hal yang paling kita takuti. Perpisahan, kesedihan, tangisan, ketidakpastian (amal-dosa) menjadi triger ketakutan kita terhadap kematian. Sehingga, dengan berbagai cara, manusia berusaha ‘berlari’ menjauhi kematian. Sayangnya, sekeras apapun daya upaya, sekencang apapun berlari menjauh, kematian akan tetap menjangkau siapa pun yang memiliki jiwa dan raga. Berapa banyakkah orang mati dalam sehari? Setahun?
Berdasarkan data WHO yang dirilis di wikipedia, tahun 2005 terdapat 57,03 juta orang meninggal di seluruh dunia. Ini berarti rata-rata 156.000 orang yang meninggal tiap harinya. Sebagian besar meninggal karena faktor usia yang ditriger oleh penyakit serangan jantung, infeksi, kanker dan stroke. Sekitar 35.000-50.000 diantaranya karena faktor penyakit, kecelakaan dan bencana. Pada tahun 2005, jumlah penduduk dunia sekitar 6.4 miliar jiwa. Untuk menghitung jumlah angka kematian pada tahun 2009, saya akan menggunakan data statistik jumlah penduduk dunia, usia rata-rata kehidupan, statistik kematian karena faktor non-usia, serta perkiraan komposisi demografi penduduk dunia.
Dengan penduduk sekitar 6.79 miliar jiwa per Oktober 2009, sekurang-kurangnya dalam 1 hari ada 150.000 orang meninggal dunia, yang mana sekitar 2/3 meninggal karena usia lanjut. Sisanya karena penyakit (jantung, rokok, kanker, hiv, tumor), kecelakaan, atau bencana alam. Dengan menggunakan usia rata-rata harapan hidup penduduk dunia sebesar 67.2 tahun, maka kita dapat menghitung angka statistik kematian yang terjadi pada tahun 2009, lengkap dengan statistik kematian bulanan, harian, jam-an, menitan hingga detik.
Tabel Kalkulasi Statistik Kematian Penduduk Dunia Per waktu
Jumlah Penduduk Dunia (Wikipedia) | 6,920,000,000 | jiwa per Okt 2009 |
Komposisi Tua Muda | 1 : 2 | 1 Tua : 2 Muda |
Jumlah Penduduk | 3,460,000,000 | jiwa |
Usia Rata-Rata Hidup | 67.2 | tahun |
Angka Kematian Faktor Non-Usia | 40,000 | jiwa per hari |
Angka Kematian Faktor Non-Usia | 14,600,000 | jiwa per tahun |
Angka Kematian Faktor Usia | 51,488,095 | jiwa per tahun |
Angka Kematian Total / tahun | 66,088,095 | jiwa per tahun |
Angka Kematian Total / hari | 181,063 | jiwa per hari |
Angka Kematian Total / jam | 7,544 | jiwa per jam |
Angka Kematian Total / menit | 126 | jiwa per menit |
Angka Kematian Total / detik | 2 | jiwa per detik |
Dengan menggunakan angka statistik yang saya himpun dari beberapa sumber di wikipedia dan asumsi statistik, maka dapat diperkirakan angka kematian pada tahun 2010 ini mencapai 66 juta jiwa. Jumlah ini saya perkirakan merupakan angka ideal minimum. Artinya, kemungkinan besar angka kematian pada tahun 2010 dapat melebihi angka ini, terkait dengan perubahan iklim yang cukup mencolok pada tahun 2010 seperti badai El-Nino.
A starving Sudanese stalked by a vulture, by Kevin Carter (1994)
Berbagai fenomena alam seperti banjir, angin topan, turut menyumbang bencana kelaparan seperti gagal panen. Kemiskinan ditengah krisis finansial akan mempengaruhi angka harapan hidup, yang mana masih banyak warga di belahan dunia mengalami gizi buruk seperti di Afrika, beberapa wilayah India, termasuk juga beberapa daerah di Indonesia. Peperangan setidaknya berkontribusi 0.3% terhadap total penyebab kematian manusia.
Tiap detik rata-rata 2 orang meninggal dunia. Dalam 1 bulan lebih dari 5 juta orang menghempuskan nafas, meninggalkan dunia ini.
Berdasarkan Laporan PBB Maret 2008, total angka kematian yang terjadi pada tahun 2006 sekitar 62 juta jiwa (wikipedia). Dari 62 juta jiwa, 58% atau 36 juta jiwa meninggal disebabkan oleh kelaparan, penyakit dan kekurangan gizi. (mari berhemat!!) Berdasarkan statistik tahun 2006 dan perhitungan tahun 2010 ini, maka dari 66 juta jiwa yang akan meninggal pada tahun 2010, setidaknya 2 juta berasal dari warga Indonesia. Ini berarti, angka kematian rata-rata Indonesia sekitar 170 ribu jiwa per bulan. Wow…
Belajar dari statistik ini, sebenarnya hidup kita hanyalah sementara di dunia ini. Kematian bisa kapan saja menjemput kita. Untuk membuat tulisan ini saja, setidaknya belasan ribu orang sudah tewas (butuh sekitar 1.5 jam buat tulisan ini). Angka ini akan terus bertambah seiring dengan gerak jarum jam, seirama dengan detak jantung kita. Jika dibandingkan, maka angka kematian akibat bencana alam seperti di Tasik maupun Sumatera Barat tidaklah sebanding dengan kecepatan rata-rata manusia di bumi meninggal dunia. Tentu angka 66 juta terasa jumlah yang besar sekali. Angka besar ini tidak berarti apa-apa, jika kita tidak memetik pelajaran dari setiap fenomena ataupun statistik dunia.
Dibawah Naungan Kematian
Motivator Gede Prama dalam artikelnya Lukisan Indah Kebijaksanaan menyebutkan bahwa bagi orang yang merenungkan kematian dalam-dalam, maka ia akan menjadi lebih tenang, santun, baik, rendah hati. Bukankah ketenangan dan kebajikan adalah teman paling berguna dalam kematian? Di samping itu kematian juga berubah wajah menjadi guru simbolik yang membimbing menapaki tangga-tangga kemuliaan.
Lebih lanjut, Gede Prama katakan bahwa bila kita amati secara jujur dan mendalam, maka setiap hari kita mengalami ‘kematian’. Seusai makan pagi, kita berpisah dengan rasa enak (matinya rasa enak di mulut). Berangkat ke kantor, manusia berpisah dengan rasa nyaman di rumah (matinya rasa nyaman tinggal di rumah). Dalam wajahnya yang mendasar, kematian menakutkan karena adanya perpisahan. Bila terbiasa dengan perpisahan sehari-hari, maka perpisahan melalui kematian pun akan menjadi sesuatu yang biasa.
Dan bagi mereka yang lebih dalam lagi, maka ‘perenungan’ (bukan perenungan konvensional) kematian akan membuahkan kedamaian berbaur kebijaksanaan. Memandang kematian dengan pandangan ‘tercerahkan’ akan membuat orang berterima kasih pada kematian. Ia yang menyelamai ‘kematian’, ia pula yang akan memahami kehidupan. Dengan pemahaman arti kehidupan, maka nuraninya terdorong untuk ‘mendermakan’ jiwa-raga untuk kebajikan (menjalan perintah baik), dan apa pula yang tidak semestinya dilakukan (menjauhi larangan yang buruk).
Kehidupan mirip dengan gelombang di laut. Ada gelombang tinggi (baca: jabatan tinggi, kekayaan menggunung, dan nama terkenal), ada gelombang rendah (orang-orang biasa dan kebanyakan). Namun, keduanya akan berakhir ketika menyentuh bibir pantai. Kematian persis seperti gelombang yang menyentuh bibir pantai. Perwujudan luarnya memang menghilang. Tapi, bukan berarti ia menghilang. Ia kembali ke hakikatnya sebagai air laut. Kesedihan, perpisahan, ketidakpastian, serta atribut-atribut buruk yang melekat pada kematian muncul karena manusia amat terfokus pada bentuk luar gelombang (baca: tubuh serta badan). Namun, belajar dari gelombang yang sudah menyentuh pantai, kematian hanya pergerakan kembali ke bentuk asal. (Gede Prama)
Siap tidak siap, kematian pasti menjemput kita. Apakah kita telah menyiapkan kematian kita dengan baik? Apakah kita akan masuk dalam golongan 66 juta tersebut? Hanya Sang Maha Kuasa yang tahu
0 komentar:
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63
Posting Komentar