“Mulutmu adalah Harimaumu…” Mungkin ini pepatah yang paling tepat untuk menggambarkan kisah cintaku dengan pria yang sudah kuiyakan untuk menemaniku seumur hidup. Suatu hal yang klise dan lazim apabila kita mendapatkan pasangan hidup kita karena bekerja di tempat yang sama. Berawal dari satu kantor dan berada di departemen yang sama. Sebutlah Mr. Suw, dia merupakan senior di kantor saya, sedangkan saya sebagai staf yang baru masuk harus memberikan citra yang baik terlebih dahulu. Saat itu saya sudah memiliki sepasang kekasih, namun karena tempat tinggal yang jauh jadi hanya bisa ketemuan sewaktu weekend saja.
Hari demi hari saya lalui dan mulai akrab dengan teman-teman di kantor. Saking terlalu akrabnya, saya sering berantem tak jelas dengan si Mr. Suw ini. Entah kenapa kelakuan dia yang songong, tengil dan nyebelin membuat saya tetap berteman baik dengan dia. Dia tipe pria intim, ceria, super jail, suka beragumen, pengamat fashion, cowok shopping, gayanya necis tapi jorok dan sangat kreatif orangnya. Pernah karena terlalu emosinya, kami berdua melontarkan kata-kata… ”Amit-amit deh gw punya suami kaya lo!!!” Begitupun sebaliknya “Amit-amit juga gw punya bini kaya lu!!!” Secara kami berdua tipe orang intim, pasti sulit sekali untuk mengalah dalam berkomunikasi dan secara fisik dia bukan tipe pria idaman saya yang selama ini saya idamkan, yaitu berbadan tinggi, tubuh proporsional dan putih. Namun ada teman wanita di kantor saya yang mengingatkan, karena sebagai saksi hidup kami berdua dia berkata “Hati-hati loh dengan ucapan lu, ntar malah kejadian sebaliknya!” Weiksss amit-amit deh jangan sampe kejadian, ucapku dalam hati.Sejujur-jujurnya saat itu saya sama sekali tidak ada perasaan apapun dengan dirinya. Sampai suatu saat pacar saya menegor saya karena terlalu akrabnya kami berdua. Padahal saya berusaha jujur dengan pacar saya, setiap kali makan siang ataupun pulang kantor memang nama Mr. Suw selalu saya sebutkan. Tapi kan saya hanya berusaha jujur dan tidak menutup-nutupi segala hal dalam hubungan kami. Namun kecurigaan dia terlalu berlebihan sehingga dia sudah tidak bisa mempercayai saya lagi dan akhirnya kita memutuskan untuk berpisah.
Sedih, patah hati, ga terima… Ya sudah pastilah.. Orang saya ga berkhianat kok, malah disangka punya hubungan yang tidak-tidak. But life’s must go on… Dan pasti ada hikmahnya, bahwa dia bukanlah pria yang tepat buat saya.
Saya menceritakan kesedihan saya pada Mr. Suw, dan dia pun ikutan merasa sangat bersalah. Karenanya hubungan saya dengan kekasih saya harus berakhir. Untuk menghibur rasa sedih itu dia jadi suka telepon saya di jam-jam yang biasanya saya berkomunikasi dengan pacar saya, bahkan dia jadi sering ngajak jalan di waktu weekend. Niatnya sih baik, supaya saya tidak larut dalam kesedihan. Saya pun meresponinya dengan senang hati. Hari demi hari, minggu demi minggu hubungan kami kok jadi makin intens yah diluar jam kantor. Komunikasi kami juga semakin lancar, setiap malam sebelum tidur jadi suka telepon-teleponan. Saya siy ga terlalu berharap dengan pria ini, karena banyak yang bilang dia tipe pria yang tidak bisa diajak serius. Jadi buat apa saya berharap lebih pada dirinya.
Lain di bibir lain di hati, perasaaan yang awalnya menganggap dia sebagai teman saja perlahan pudar dan membentuk perasaan baru yang dinamakan cinta. Lalu pada satu momen tiba-tiba dia mengajak saya untuk saling mendoakan, apakah kita berdua benar-benar yakin satu sama lian untuk menjajaki hubungan lebih dari sekedar teman. Kemudian satu minggu berlalu, sampai akhirnya konfirmasi itu datang dari kedua Ibu kami masing-masing. Dimana walaupun kami belum memutuskan, tapi kedua Ibu kami dah saling menyukai. Sehingga kami dengan yakin untuk menjalin hubungan ini dengan serius. Ternyata selama ini Mr. Suw selalu berdoa, bahwa dia bukan mencari pacar lagi, melainkan mencari calon istri. Ternyata di saat mencari jawaban doanya itu, saya hadir mengisi hari-harinya.
Enam bulan hubungan kami berjalan dan semakin pasti, akhirnya dia meminta saya untuk menikah dan menjadi istri serta Ibu dari anak-anak kami nantinya. Satu setengah tahun menjalin hubungan yang serius, akhirnya kami mengikrarkan janji suci kami dihadapan Tuhan. Dan sekarang kami sedang menanti kebahagian baru dengan hadirnya seorang bayi yang akan melengkapi kehidupan di keluarga kami… Tidak disangka, bahwa pria yang dulunya adalah ‘musuh bebuyutan’ saya, sekarang akan menjadi ayah dari jabang bayi saya… Benar-benar deh, amit-amit jadi amin-amin… Cinta memang buta… (Y&S)
Sumber foto: PLAY photo
0 komentar:
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63
Posting Komentar