Sisi bullying memberi julukan yang mengejek sudah ada dari niatnya. Menurut Dacher Keltner profesor psikologi dari UC Berkeley dan penulis “Born to be Good: The Science of a Meaningful Life”, meledek seseorang berarti kita memulai masalah dengan sengaja. Karena, secara sadar kita tahu bahwa diledek itu bikin bete.
Termasuk Bully
Termasuk Bully
- Memanggil dengan nama ortu. Selain nggak sopan, gawat juga kalau sampai terdengar sama ortu teman kita tersebut.
- Memanggil berdasarkan ciri/ kekurangan fisik. Misalnya, Tia “tompel” atau Rika “ndut”. Walaupun embel-embel panggilan itu disesuaikan dengan ciri khas yang bersangkutan, namun tetap aja mengandung unsur pelecehan.
- Suku/ras. Misalnya: Cina, Arab, Bule, Batak atau apapun yang mengandung SARA.
- Asosiasi dengan benda/ binatang. Contohnya memangil seseorang dengan nama “bebek” karena gaya jalannya mirip bebek atau “Si toa berjalan” karena suaranya yang besar. Whoa, stop there! Panggilan tersebut sudah termasuk dalam penghinaan, lho!
- Memanggil berdasarkan kejadian/ hal memalukan yang pernah ia alami. Seperti “cengeng” karena pernah nangis di kelas atau “si lemah” karena pernah jatuh pingsan. Julukan tersebut nggak hanya bikin mereka nggak nyaman dan malu, tetapi juga dapat membangkitkan memori buruk terhadap suatu kejadian.
0 komentar:
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63
Posting Komentar