Para Pendaki Status

Minggu, 14 Maret 2010

Gadis Ngobrol
Pengin 'naik kelas', tapi kali ini bukan urusan prestasi, melainkan soal status. Hati-hati disebelin!

Perbedaan status sosial dalam dunia pergaulan kita, memang ada. Mulai dari kelas bawah, menengah, menengah ke atas, sampai golongan yang benar-benar atas. Dan seringkali, ada orang yang dari golongan lebih bawah, pengin ’pindah’ ke golongan yang lebih tinggi. Caranya, mereka bergaul dengan orang-orang dari kelas sosial yang dituju.

Menurut Roslina Verauli M.Psi seseorang bisa disebut sebagai social climber kalau dia:

* Money oriented. Para pendaki sosial ini biasanya akan langsung menanyakan hal-hal yang berhubungan sama materi saat berkenalan dengan orang lain. Misalnya, bertanya rumah kita di mana, kendaraan kita apa, suka nongkrong di mana dan hal-hal sejenis. Bahkan ekstrimya, mereka bisa lho menanyakan hal ini dulu, baru nama kita.
 
* Judge by its cover.    Mereka selalu menilai seseorang dari penampilan, karena hal itu bisa menunjukkan kelas sosial seseorang. Dia akan memerhatikan apa merek baju yang kita pakai atau mengecek, siapa hair stylist kita. Kalau dirasa penampilan kita kurang mengesankan, dia nggak akan menganggap kita sebagai teman mainnya.
  
* Dress to kill.    Karena menilai orang lain dari penampilan, otomatis para social climber akan selalu menjaga penampilan mereka agar terlihat “sempurna”. Tragisnya, kadang mereka berdandan di luar kemampuan mereka,  bahkan kalau perlu sampai berhutang.
  
* Gaul nomor satu. Buat mereka, pergaulan adalah hal yang utama. Social climber akan bergabung dengan klub-klub atau kelompok sosial yang berisikan orang-orang dari golongan atas. Mereka sangat mengutamakan sosialisasi dan nggak mementingkan prestasi sama sekali.
  
* Pilih-pilih teman. Para pendaki sosial ini akan menjadi orang yang over pede dan menyebalkan. Karena nggak menganggap penting, mereka merasa nggak perlu beramah tamah dengan orang dari kelas sosial yang lebih rendah. Tapi, mereka akan jadi baik luar biasa sama orang-orang dari kelompok yang lebih tinggi.

    
Tapi ternyata, “pendakian” ini bisa membawa efek yang buruk untuk pelakunya. Karena dilakukan dengan cara yang nggak sehat, si social climber bisa jadi:

* Punya tuntutan terlalu tinggi sama dirinya sendiri. Kadang tuntutan yang tinggi ini nggak masuk akal dan susah untuk diwujudkan, yang ujung-ujungnya membuat si social climber jadi merusak dirinya sendiri.
 
* Penilaian terhadap diri sendiri juga makin buruk. Logis dong, saat memaksakan diri bergaul dengan orang yang lebih dari kita, otomatis kekurangan diri kita akan makin terlihat. Buntutnya, kita akan selalu melihat sisi jelek dari diri kita saja.
  
* Hubungan para social climber dengan orang-orang sekitarnya cenderung buruk. Gimana nggak, mereka hanya mau bergaul dengan orang-orang tertentu, dan nggak menghargai orang yang lebih rendah dari mereka. Bikin sebal, kan?
  
* Karena terlalu fokus dengan usaha menaikkan status di pergaulan, para pendaki sosial bakalan lupa sama hal-hal lain. Akhirnya mereka jadi nggak punya prestasi apa-apa untuk dibanggakan.


Nah, kalau kita nggak pengin jadi seperti itu, triknya:

1. Menerima keadaan diri sendiri, dan nggak memaksa untuk berubah jadi orang lain. Contohnya, kalau kita nggak punya uang jajan yang besar, nggak usah ngoyo untuk ngafe tiap minggu bareng geng populer. Masih banyak kok hal menyenangkan lain yang bisa kita lakukan dan sesuai sama budget.
 
2. Luaskan pergaulan. Walaupun para social climber ini memang terhitung gaul, tapi biasanya mereka bergaul sama orang yang itu-itu saja. Dengan mencoba main sama teman lain yang berasal dari golongan yang beda, biasanya si social climber akan dapat “pencerahan” dan mulai bisa bergaul sama teman-teman yang lebih sesuai.
 
3. Gali potensi diri. Setiap orang pasti punya kelebihannya masing-masing. Kalau fokus menggali kelebihan, rasa rendah diri akan tertutup, bahkan kalau potensi tadi berhasil dikembangkan, kita akan jadi lebih pede dan nggak membutuhkan peningkatan status sosial lagi.
 
4. Mulailah melihat ke bawah. Kalau kita terus-terusan fokus dengan yang di atas, apa yang ada di bawah jadi sering terlupakan. Padahal melihat ke bawah itu penting lho, karena kita jadi bisa mensyukuri apa yang kita miliki
| More

0 komentar:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63
:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar