Jangan Jadi Bos Seperti 'Itu'
Hai bos muda, apakah dilema dalam bersikap pernah menjadi masalah Anda dengan para bawahan? Atau... pernahkah Anda merasa jadi bahan gosip saat mereka sedang makan siang bersama? Jika pernah, jangan buru-buru panik atau marah karena sikap mereka yang seperti itu. Mulai sekarang, koreksi diri Anda! Jangan-jangan, Anda memang termasuk dalam tipe bos yang tidak disukai?
Bahaya, lho! Ingat kata Mark Wiskup dalam bukunya, “Dont be ‘that’ boss!” ingin memberitahu Anda bagaimana menghilangkan dilema itu. Wajar memang, sebagai bos muda yang belum terlalu kaya akan pengalaman, Anda menjadi kurang paham bagaimana cara memperlakukan bawahan dengan baik. Asal Anda tahu, selain dihormati anak buah, sangat penting pula bagi seorang bos untuk disayang oleh karyawannya. Apakah Anda bisa mendapatkan keduanya? Tentu saja. Yang Anda butuhkan hanya sikap fair dan leadership yang tinggi.
Jadilah Bos Yang Fair
Atasan yang baik harus mampu menilai kelebihan dan kekurangan bawahannya dengan objektif, tanpa disertai penilaian secara personal. Hal tersebut dapat Anda lakukan dengan memberikan apresiasi bagi setiap pekerjaan mereka. Kemudian, jangan mengerjakan semua pekerjaan sendirian! Sebagai bos, Anda harus mampu mendelegasikan tugas, agar Anda punya banyak waktu untuk memikirkan hal-hal yang bersifat lebih strategis karena tak perlu lagi memikirkan detail-detail pekerjaan. Selain itu, pendelegasian ini juga akan menumbuhkan perasaan dihargai oleh atasan di dalam diri bawahan.
Namun, ada satu masalah yang kemudian kerap dihadapi oleh para bos. Terkadang saat tugas tersebut telah didelegasikan, Anda sebagai bos sebenarnya kurang yakin bahwa anak buah tersebut benar-benar mampu menyelesaikannya. Hindari hal itu! Jangan melakukan pengecekan ulang yang berlebihan atau terlalu sering mengontrol kemajuan tugas yang diberikan, karena hal ini dapat menghilangkan rasa percaya diri mereka, sekaligus membuat Anda semakin dibenci.
Satu hal lagi yang perlu Anda perhatikan. Hanya karena Anda bosnya, bukan berarti Anda selalu benar! Atasan yang baik harus paham kapan mesti bertanya kepada bawahan, dan kapan harus mengikuti saran yang diajukan oleh para bawahannya.
Bos = Team Leader
Tanamkan di dalam pikiran, bahwa Anda adalah milik mereka! Anda bekerja satu tim bersama para bawahan, sehingga saat satu pekerjaan tidak berjalan dengan semestinya, jangan menimpakan kesalahan kepada mereka semata. Anda harus mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi dan segera melakukan tindakan perbaikan. Kemudian, bos yang baik pun akan dengan rendah hati mengakui bahwa keberhasilan yang dicapai adalah hasil kerjasama tim. Anda tidak boleh menerima semua pujian hanya untuk diri Anda sendiri, ataupun bersikap sebagai orang yang paling berjasa dalam pencapaian prestasi-prestasi tersebut.
Inilah yang pasti diharapkan oleh setiap bawahan; memiliki bos yang mau memperjuangkan kepentingan mereka. Saat perusahaan mengeluarkan kebijakan yang tidak menguntungkan, seperti masalah penggajian yang kurang
proporsional misalnya, Anda sebagai atasan akan sangat dihargai jika dapat menunjukkan empati terhadap kepentingan mereka itu. Cobalah untuk menjadi mediator antara perusahaan dengan mereka. Apabila memang tidak membuahkan hasil, toh Anda sudah berusaha dengan tulus. Mereka pun akan semakin respek kepada Anda sebagai seorang bos.
Poin terakhir yang ingin disampaikan Mark Wiskup dalam bukunya yang berjudul How Great Communicators Get the Most Out of Their Employees and Their Careers adalah, banyak atasan yang terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri sehingga mengabaikan karyawan, bahkan untuk urusan kantor yang sangat mendesak sekalipun, gara-gara mood-nya berantakan akibat patah hati, misalnya. Sebagai seorang bos, Mark menyarankan Anda untuk sering berkomunikasi dengan karyawan dan mendengarkan suara mereka secara aktif.
Hai bos muda, apakah dilema dalam bersikap pernah menjadi masalah Anda dengan para bawahan? Atau... pernahkah Anda merasa jadi bahan gosip saat mereka sedang makan siang bersama? Jika pernah, jangan buru-buru panik atau marah karena sikap mereka yang seperti itu. Mulai sekarang, koreksi diri Anda! Jangan-jangan, Anda memang termasuk dalam tipe bos yang tidak disukai?
Bahaya, lho! Ingat kata Mark Wiskup dalam bukunya, “Dont be ‘that’ boss!” ingin memberitahu Anda bagaimana menghilangkan dilema itu. Wajar memang, sebagai bos muda yang belum terlalu kaya akan pengalaman, Anda menjadi kurang paham bagaimana cara memperlakukan bawahan dengan baik. Asal Anda tahu, selain dihormati anak buah, sangat penting pula bagi seorang bos untuk disayang oleh karyawannya. Apakah Anda bisa mendapatkan keduanya? Tentu saja. Yang Anda butuhkan hanya sikap fair dan leadership yang tinggi.
Jadilah Bos Yang Fair
Atasan yang baik harus mampu menilai kelebihan dan kekurangan bawahannya dengan objektif, tanpa disertai penilaian secara personal. Hal tersebut dapat Anda lakukan dengan memberikan apresiasi bagi setiap pekerjaan mereka. Kemudian, jangan mengerjakan semua pekerjaan sendirian! Sebagai bos, Anda harus mampu mendelegasikan tugas, agar Anda punya banyak waktu untuk memikirkan hal-hal yang bersifat lebih strategis karena tak perlu lagi memikirkan detail-detail pekerjaan. Selain itu, pendelegasian ini juga akan menumbuhkan perasaan dihargai oleh atasan di dalam diri bawahan.
Namun, ada satu masalah yang kemudian kerap dihadapi oleh para bos. Terkadang saat tugas tersebut telah didelegasikan, Anda sebagai bos sebenarnya kurang yakin bahwa anak buah tersebut benar-benar mampu menyelesaikannya. Hindari hal itu! Jangan melakukan pengecekan ulang yang berlebihan atau terlalu sering mengontrol kemajuan tugas yang diberikan, karena hal ini dapat menghilangkan rasa percaya diri mereka, sekaligus membuat Anda semakin dibenci.
Satu hal lagi yang perlu Anda perhatikan. Hanya karena Anda bosnya, bukan berarti Anda selalu benar! Atasan yang baik harus paham kapan mesti bertanya kepada bawahan, dan kapan harus mengikuti saran yang diajukan oleh para bawahannya.
Bos = Team Leader
Tanamkan di dalam pikiran, bahwa Anda adalah milik mereka! Anda bekerja satu tim bersama para bawahan, sehingga saat satu pekerjaan tidak berjalan dengan semestinya, jangan menimpakan kesalahan kepada mereka semata. Anda harus mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi dan segera melakukan tindakan perbaikan. Kemudian, bos yang baik pun akan dengan rendah hati mengakui bahwa keberhasilan yang dicapai adalah hasil kerjasama tim. Anda tidak boleh menerima semua pujian hanya untuk diri Anda sendiri, ataupun bersikap sebagai orang yang paling berjasa dalam pencapaian prestasi-prestasi tersebut.
Inilah yang pasti diharapkan oleh setiap bawahan; memiliki bos yang mau memperjuangkan kepentingan mereka. Saat perusahaan mengeluarkan kebijakan yang tidak menguntungkan, seperti masalah penggajian yang kurang
proporsional misalnya, Anda sebagai atasan akan sangat dihargai jika dapat menunjukkan empati terhadap kepentingan mereka itu. Cobalah untuk menjadi mediator antara perusahaan dengan mereka. Apabila memang tidak membuahkan hasil, toh Anda sudah berusaha dengan tulus. Mereka pun akan semakin respek kepada Anda sebagai seorang bos.
Poin terakhir yang ingin disampaikan Mark Wiskup dalam bukunya yang berjudul How Great Communicators Get the Most Out of Their Employees and Their Careers adalah, banyak atasan yang terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri sehingga mengabaikan karyawan, bahkan untuk urusan kantor yang sangat mendesak sekalipun, gara-gara mood-nya berantakan akibat patah hati, misalnya. Sebagai seorang bos, Mark menyarankan Anda untuk sering berkomunikasi dengan karyawan dan mendengarkan suara mereka secara aktif.
0 komentar:
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63
Posting Komentar